Perkembangan di Sektor Pertanian dan Sektor Industri
PENDAHULUAN
Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1988 mengamanatkan bahwa pembangunan
sektor industri harus mampu mem-bawa perubahan-perubahan fundamental
dalam struktur ekonomi Indonesia sehingga produksi nasional yang berasal
dari sektor-sektor di luar pertanian menjadi bagian yang semakin
besar. Selanjutnya digariskan pula bahwa pembangunan industri sekaligus
harus dapat mendorong terwujudnya struktur ekonomi yang semakin seimbang
dengan sektor industri yang maju dan didukung oleh sektor pertanian
yang tangguh.
Didasarkan
pada arah dan kebijaksanaan tersebut, maka pembangunan sektor industri
dalam Repelita V diarahkan pada peningkatan pengembangan sektor industri
sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja
baru, sumber peningkatan ekspor dan penghematan devisa, penunjang
pembangunan daerah, penunjang pembangunan sektor-sektor lain-nya serta
sekaligus sebagai wahana pengembangan dan penguasaan teknologi. Hal ini
berarti bahwa pembangunan industri dalam Repelita V harus dapat
mendorong industri menjadi lebih efisien dan peranannya dalam
perekonomian nasional semakin meningkat baik dari segi nilai tambah
maupun lapangan kerja. Untuk itu kebijaksanaan pembangunan industri yang
ditempuh adalah dengan mengupayakan secara terus-menerus promosi
industri-industri yang dapat tumbuh dan berkembang secara efisien dan
kompetitif dengan hasil produk yang semakin bermutu dengan memanfaatkan
sebaik-baiknya sumber daya manusia, sumber daya alam dan energi, sumber
dana dan teknologi serta dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan. Pengembangannya diutamakan pada industri-industri yang
memiliki daya saing yang kuat.
Berdasarkan
arah dan kebijaksanaan pembangunan sektor industri tersebut,
langkah-langkah prioritas pengembangan sektor industri yang dilaksanakan
dan dimantapkan dalam Repelita V meliputi:
1. pengembangan industri yang berorientasi ekspor;
2. Penguat dan pendalaman struktur industri;
3. Pengembngan industri kecil;
4. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian;
5. Peningkatan penguasaan teknologi dan kemampuan inovasi;
6. Pengembangan tenaga profesi dan wirausaha industri.
Langkah-langkah
prioritas tersebut pada hakekatnya tidaklah merupakan langkah yang
terpisah satu dengan lainnya. Keterkaitan antara langkah yang satu dan
lainnya sangat diperlukan untuk memantapkan pelaksanaan kebijaksanaan
industrialisasi dan memacu peningkatan kegiatan dunia usaha sebagai
pelaku utama pengembangan sektor industri.
Sektor Pertanian
Di Indonesia, terdapat 4 jenis pertumbuhan dan perkembangan di sector pertanian, yaitu:
Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan BB untuk industri manufakturèa.Kontribusi Produk
spt industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman. Pertanian sebagai sumber penting bagi pedangan melalui export sumber dari pertanian untuk cadangan devisa Negara. Sebagian besar dari kontribusi pertanian bisa lewat sector perdaganan dan non pertanian, Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging, lalu Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.
spt industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman. Pertanian sebagai sumber penting bagi pedangan melalui export sumber dari pertanian untuk cadangan devisa Negara. Sebagian besar dari kontribusi pertanian bisa lewat sector perdaganan dan non pertanian, Dari sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging, lalu Dari sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan harga yg lebih mahal.
Negara Indonesia merupakan salah satu Negara agraris bagi sumber
pertambahan untuk pasar domestic untuk produk pasar non pertanian. Membuat
pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk domestic,
tapi juga impor sbg pesaing, shg konsumsi yg tinggi dari petani tdk
menjamin pertumbuhan yg tinggi sector non pertanian. Pengaruh
keterbukaan ekonomi, selain itu Tenaga Kerja dan Modal F.P dapat di
salurkan ke sector lainya tanpa mengurangi hasil peroduksi tersebut.
Di Indonesia hasi Investasi Pertanian & Non Pertanian harus
ditingkatkan agar ketergantungan pinjaman dengan Negara lain dapat di
kurangi. Sebelum Krisis Moneter, penghasilan dari sektor pertanian lebih
rendah dari pada sektor non pertanian, hal tersebut di karenakan musim
kemarau yang panjang, lahan pertanian semakin kecil dikarenakan
banyakanya pembangunan, dan rendahnya SDM dalam sektor pertanian.
Menurut Kuznets, Sektor pertanian di LDC’s mengkontribusikan thd pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional dalam 4 bentuk:
- Kontribusi Produkè Penyediaan makanan utk pddk, penyediaan BB untuk industri manufaktur seperti industri: tekstil, barang dari kulit, makanan & minuman
- Kontribusi Pasarè Pembentukan pasar domestik utk barang industri & konsumsi
- Kontribusi Faktor ProduksièPenurunan peranan pertanian di pembangunan ekonomi, maka
- terjadi transfer surplus modal & TK dari sector pertanian ke Sektor lain
- d.Kontribusi Devisaè Pertanian sbg sumber penting bagi surplus neraca perdagangan (NPI) melalui ekpspor produk pertanian dan produk pertanian yang menggantikan produk impor.
Kontribusi Produk.
Dalam
system ekonomi terbuka, besar kontribusi produk sector pertanian bisa
lewat pasar dan lewat produksi dg sector non pertanian.
Dari
sisi pasar, Indonesia menunjukkan pasar domestic didominasi oleh produk
pertanian dari LN seperti buah, beras & sayuran hingga daging.
Dari
sisi keterkaitan produksi, Industri kelapa sawit & rotan mengalami
kesulitan bahan baku di dalam negeri, karena BB dijual ke LN dengan
harga yg lebih mahal.
Kontribusi Pasar.
Negara agraris merup sumber bagi pertumbuhan pasar domestic untuk produk non pertanian spt
pengeluaran petani untuk produk industri (pupuk, pestisida, dll) & produk konsumsi (pakaian,
mebel, dll)
Keberhasilan kontribusi pasar dari sector pertanian ke sector non pertanian tergantung:
Pengaruh keterbukaan ekonomiè
Membuat pasar sector non pertanian tidak hanya disi dengan produk
domestic, tapi juga impor sbg pesaing, shg konsumsi yg tinggi dari
petani tdk menjamin pertumbuhan yg tinggi sector non pertanian.
Jenis teknologi sector pertanianè Semakin moderen, maka semakin tinggi demand produk industri non pertanian
Kontribusi Faktor Produksi.
F.P yang dapat dialihkan dari sector pertanian ke sektor lain tanpa mengurangi volume produksi pertanianè Tenaga kerja dan Modal
Di Indonesia hubungan investasi pertanian & non pertanian harus ditingkatkan agar
ketergantungan Indonesia pada pinjaman LN menurun. Kondisi yang harus dipenuhi untuk
merealisasi hal tsb:
Harus ada surplus produk pertanian agar dapat dijual ke luar sectornya.
Market surplus ini harus tetap dijaga & hal ini juga tergantung kepada factor penawaran è Teknologi, infrastruktur & SDM dan factor permintaan è nilai tukar produk pertanian & non pertanian baik di pasar domestic & LN Petani harus net saversè Pengeluaran konsumsi oleh petani < produksi
Tabungan petani > investasi sektor pertanian
Kontribusi Devisa.
Kontribusinya melalui :
- Secara langsungè ekspor produk pertanian & mengurangi impor.
- Secara tidak langsungè peningkatan ekspor & pengurangan impor produk
berbasis pertanian spt tekstil, makanan & minuman, dll
- Kontradiksi kontribusi produk & kontribusi deviasè peningkatan ekspor produk pertanian
- menyebabkan suplai dalam negari kurang dan disuplai dari produk impor.
Peningkatan
ekspor produk pertanian berakibat negative thd pasokan pasar dalam
negeri. Untuk menghindari trade off ini 2 hal yg harus dilakukan:
- Peningkatan kapasitas produksi.
- Peningkatan daya saing produk produk pertanian
Selama periode 1990-an pangsa PDB dari pertanian (termasuk peternakan,
kehutanan, dan perikanan) mengalami penurunan dari sekitar 17,9% tahun
1993 menjadi 16,4% tahun 2001, sedangkan pangsa PDB dari pasar
manufaktur selama kurun waktu yang sama meningkat dari 22.3% menjadi
26.0%. penurunan kontribusi outputdari pertanian terhadap pembentukan
PDB ini bukan berarti bahwa volume produksi di sector tersebut berkurang
(pertumbuhan negatif) selama periode tersebut. Tetapi, laju
pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan dengan laju outpit di
bidang lainya.
Laju pertumbuhan output pertanian pada perkembangan PDB, 1995-2002
relatif kecil dibandingkan dengan pertumbuhan output di sector lainya.
Tahun 1995, output pertanian hanya tumbuh 4,4% dibandingkan 10,9% di
industry manufactur
Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan:
- Iklimè kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun
- Lahanè lahan garapan petani semakin kecil
- Kualitas SDMè rendah
Perkembangan Sektor Industri
Pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2010 tumbuh sebesar 6.1 persen, dimana sektor
industri pengolahan non migas tahun 2010 tumbuh sebesar 5,1 persen,
melampaui target semula yaitu 4,65 persen. Pertumbuhan sektor industri
pengolahan non migas pada akhir 2010 tersebut menunjukkan peningkatan
yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Hal ini
menggambarkan sektor industri telah menjadi sumber pertumbuhan yang
cukup tinggi pada pertumbuhan PDB terutama kondisi yang terjadi triwulan
IV tahun 2010. Industri yang mengalami kenaikan tertinggi adalah
kelompok industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 8,47
persen dan industri pupuk, kimia dan barang dari karet tumbuh sebesar
4,82 persen, dan industri barang lainnya sebesar 3,83 persen. Cabang
industri yang menjadi penyumbang terbesar pertumbuhan industri nasional
adalah industri makanan, minuman dan tembakau (34,35 persen), industri
alat angkut, mesin dan peralatan (28,13 persen), industri pupuk, kimia
dan barang dari karet (12,44 persen) dan tekstil, barang kulit dan alas
kaki (8,81 persen), serta barang kayu dan hasil hutan (5,75 persen).
Sementara
Kinerja ekspor komoditi industri manufaktur hingga Tahun 2010
Indonesia-Taiwan mengalami lonjakan yang cukup besar sekitar 40% jika di
dibandingkan tahun 2009. Tabel dibawah ini detail ekspor hasil industri
pengolahan non migas tahun 2009 dan 2010:
Berat : Kg
| |||||
EKSPOR INDONESIA KE TAIWAN
|
Nilai : US$
| ||||
NO
|
URAIAN
|
2009
|
2010
| ||
BERAT
|
NILAI
|
BERAT
|
NILAI
| ||
1
|
Pengolahan Kayu
|
184,220,278
|
118,848,684
|
285,937,440
|
155,354,802
|
2
|
T e k s t i l
|
35,353,150
|
90,567,269
|
39,473,255
|
114,243,747
|
3
|
Pengolahan Karet
|
28,135,635
|
54,938,860
|
36,948,191
|
121,195,564
|
4
|
Besi, Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
|
17,596,708
|
93,941,336
|
33,711,682
|
139,209,725
|
5
|
Pengolahan Aluminium
|
2,341,618
|
8,128,406
|
2,786,257
|
9,409,559
|
6
|
Peng. Emas, Perak, Logam Mulia, Perhiasan dll.
|
834
|
5,530
|
3,957
|
106,452
|
7
|
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
|
33,376,372
|
23,777,097
|
38,524,842
|
36,276,843
|
8
|
Pengolahan Tembaga, Timah dll.
|
22,217,069
|
129,337,846
|
26,932,605
|
220,763,552
|
9
|
Makanan dan Minuman
|
35,572,305
|
43,933,818
|
39,051,769
|
52,314,141
|
10
|
Pulp dan Kertas
|
200,787,604
|
99,322,717
|
230,397,248
|
158,052,241
|
11
|
P u p u k
|
257,314,367
|
63,207,895
|
166,147,885
|
55,958,301
|
12
|
Pengolahan Rotan Olahan
|
604,763
|
988,871
|
563,451
|
981,471
|
13
|
Semen dan Produk dari Semen
|
19,176,105
|
1,650,069
|
25,401,021
|
2,393,327
|
14
|
Makanan Ternak
|
2,175,069
|
595,734
|
5,058,012
|
817,446
|
15
|
Keramik, Marmer dan Kaca
|
57,387,209
|
18,438,540
|
98,602,912
|
27,212,698
|
16
|
Kimia Dasar
|
149,952,549
|
95,621,809
|
146,213,520
|
107,329,252
|
17
|
Barang-barang Kimia lainnya
|
19,706,170
|
16,670,546
|
23,173,899
|
26,706,404
|
18
|
Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas Kaki
|
1,445,132
|
14,366,172
|
1,478,116
|
16,205,448
|
19
|
Plastik
|
11,188,200
|
26,194,462
|
13,385,600
|
34,098,518
|
20
|
Kamera dan Alat-alat Optis
|
2,647
|
129,710
|
9,710
|
590,972
|
21
|
Rokok
|
18,087
|
129,498
|
10,589
|
86,053
|
22
|
Pengolahan Tetes
|
49,168,156
|
10,928,011
|
61,892,237
|
17,990,112
|
23
|
Alat-alat Listrik
|
2,652,904
|
12,244,295
|
3,409,181
|
16,365,900
|
24
|
Minyak Atsiri
|
35,606
|
319,427
|
49,534
|
265,569
|
25
|
Alat Olah Raga, Musik, Pendidikan dan Mainan
|
296,344
|
1,638,816
|
446,120
|
2,447,730
|
26
|
Pengolahan Hasil Hutan Ikutan
|
1,856,140
|
759,373
|
1,215,600
|
740,844
|
27
|
Kosmetika
|
4,776,978
|
6,275,322
|
4,626,128
|
6,276,581
|
28
|
Barang-barang Kerajinan lainnya
|
1,271,827
|
1,106,273
|
834,885
|
881,501
|
29
|
Produk Farmasi
|
60,344
|
1,033,958
|
111,865
|
1,519,502
|
30
|
Komoditi lainnya
|
942,145
|
2,490,182
|
1,571,517
|
3,443,436
|
31
|
Elektronika
|
1,764,084
|
59,422,474
|
2,218,176
|
91,858,359
|
T O T A L
|
997,013,000
|
1,421,096,050
|
Industri
pengolahan nonmigas, yang meliputi kelompok industri dasar, kelompok
industri hilir (aneka industri) dan kelompok industri kecil, dalam tahun
kedua Repelita V tetap menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi
meskipun menghadapi gejolak perekonomian dunia yang kurang menentu.
Dalam tahun 1990 nilai tambah industri pengolahan (termasuk pengolahan migas), dihitung atas dasar harga-harga konstan tahun 1983, mengalami kenaikan sebesar 12,3% bila dibandingkan dengan
nilai tambah tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan sektor industri tahun
1990 ini lebih tinggi daripada yang tercapai pada tahun 1989 sebesar
9,1%. Dengan kenaikan nilai tambah cukup tinggi tersebut sumbangan
sektor industri dalam Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 1990 telah
mencapai sekitar 19,5%. Sementara itu industri pengolahan nonmigas dalam
tahun 1990 mencapai pertumbuhan sebesar 13%, dan sumbangannya dalam PDB
pada tahun 1990 menjadi 15,3%. Ini berarti bahwa sektor industri telah
mulai mampu berperan sebagai penggerak utama pembangunan, dan secara
bertahap memberikan sumbangan terhadap upaya transformasi struktural
ekonomi nasional sesuai dengan arah dan tujuan pembangunan.
Perkembangan
sektor industri ini didukung terutama oleh semakin berkembangnya
industri-industri yang berorientasi ekspor, semakin mantapnya upaya
penguatan dan pendalaman struktur industri, serta berkembangnya industri
pengolahan hasil pertanian (termasuk hasil hutan). Sementara itu
industri kecil juga tetap menunjukkan peningkatan yang berarti.
Selanjutnya keberhasilan ini dapat dicapai antara lain berkat
meningkatnya daya saing industri pada umumnya yang didukung oleh
penyempurnaan iklim usaha secara terus menerus, di samping juga oleh
meningkatnya kemampuan penguasaan teknologi dan kemampuan sumber daya
manusianya.
Perkembangan
industri berorientasi ekspor telah semakin menampakkan hasil yang
meningkat baik dalam jenis, volume dan nilai barang yang diekspor maupun
dalam peranannya sebagai pemacu pertumbuhan sektor industri dan sektor
lainnya. Produk industri yang berhasil memasuki pasaran ekspor pada
tahun 1990 berjumlah sekitar 3.330 komoditi yang dihasilkan oleh 441
jenis industri. Nilai ekspor hasil industri tahun 1990 mencapai sebesar
US$ 12,1 miliar, yang berarti menunjukkan kenaikan sebesar 8,31 bila
dibandingkan dengan nilai ekspor pada tahun sebelumnya. Dari nilai
ekspor tersebut, kelompok aneka industri merupakan penyumbang terbesar,
yaitu sekitar 70,2%. Dalam kelompok aneka industri ini, industri tekstil
dan industri pengolahan kayu masih tetap dominan, dengan memberikan
sumbangan sekitar 50,5% dalam ekspor hasil industri secara keseluruhan.
Industri-industri yang terus berkembang adalah industri-industri yang
berdaya saing kuat, terutama dengan memanfaatkan potensi sumber daya
yang tersedia. Untuk jenis-jenis industri yang tak berbasis sumber daya
alam, kemampuan teknologi pengolahan atau teknologi produknya terus
meningkat sehingga diperoleh desain dan mutu yang semakin bertambah baik serta produksi yang semakin efisien.
Pendalaman
struktur industri dalam tahun kedua Repelita V tetap diarahkan untuk
memantapkan serta meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai. Sasaran
utama pengembangannya aaalah industri-industri yang menghasilkan bahan
baku dan bahan penolong serta barangg modal dalam rangka mendukung
industri-industri yang mempunyai daya saing kuat. Meskipun pada awalnya
industri-industri tersebut berkembang sebagai industri substitusi impor, namun dalam perkembangannya
produk yang dihasilkan semakin mampu bersaing dengan barang impor dan
bahkan beberapa di antaranya mampu menembus pasaran dunia. Beberapa
produk baru yang telah dihasilkan dalam tahun 1990 antara lain carbon
black yang digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam pembuatan ban,
benzene sebagai bahan baku untuk benang nylon, paraxylene sebagai bahan
baku untuk Pure Terephthalic Acid (PTA) yang kemudian diolah untuk
menghasilkan serat polyester, dan Sodium Tripoly Phosphat (STPP) sebagai salah satu bahan baku untuk industri deterjen.
Sementara
itu prospek pertumbuhan sektor industri juga semakin cerah. Hal ini
ditandai dengan adanya rencana investasi dalam rangka IMN dan PMA yang
telah mendapatkan persetujuan, yang, pada tahun 1990/91 masing-masing
berjumlah Rp 45.042 miliar dan Rp 6.846,3 miliar. Bila dibandingkan dengan
tahun 1989/90 di mana tercatat rencana investasi dalam rangka R DN
sebesar,Rp 21.549,7 miliar dan untuk PMA sebesar Rp 4.565,5 miliar, maka
perkembangan pada tahun 1990/91 tersebut menunjukkan peningkatan minat
investasi di sektor industri yang masing-masing naik sebesar 109% dan
49,9%. Rencana investasi tersebut meliputi pembangunan pabrik-pabrik
baru dan perluasan pabrik. Meskipun rencana lokasi industri masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa, namun telah nampak adanya kecenderungan
investasi yang meningkat di luar Pulau Jawa. Sejalan dengan peningkatan
investasi, tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor industri juga
meningkat. Bila pada tahun 1989 tambahan tenaga kerja yang terserap oleh
sektor industri adalah sebanyak 542,7 ribu orang, maka pada tahun 1990
tam-bahan tenaga kerja yang terserap adalah sebanyak 632,2 ribu orang.
Pengembangan industri kecil yang meliputi industri kecil tradisional/kerajinan dan industri kecil nontradisional tetap ditingkatkan, terutama melalui program keterkaitan usaha dan subkontrak. Pelaksanaannya ditempuh dengan cara memperluas
penerapan
pola Bapak Angkat antara Badan Usaha Milik Negara atau pengusaha
industri besar dengan pengusaha industri kecil. Di samping itu, untuk
meningkatkan kemampuan para pengrajin/pengusaha industri kecil yang
tersebar di seluruh daerah, kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis juga
terus ditingkatkan dalam tahun kedua Repelita V melalui pembinaan
sentra industri.
Dalam
rangka memacu pertumbuhan sektor industri, upaya meningkatkan
penguasaan teknologi industri terus dilanjutkan antara lain melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan terapan. Kegiatan penelitian dan
pengembangan ini dilakukan antara lain oleh Balai Besar Industri Kimia,
Balai Besar Industri Mesin dan Logam, Balai Besar Industri Hasil
Pertanian dan Balai Besar lainnya, meliputi peningkatan penguasaan
teknologi pengolahan, rancang bangun dan perekayasaan serta kemampuan
pengujian bahan dan produk. Meskipun sarana penelitian dan pengembangan
yang dimiliki masih terbatas, namun hasilnya secara bertahap telah
mampu memberikan dampak yang positip terhadap pemanfaatan sumber daya
yang dimiliki, peningkatan kandungan lokal serta peningkatan daya saing
produk hasil industri. Untuk meningkatkan peranan swasta dalam bidang
penelitian dan pengembangan serta dalam pengembangan sumber daya
manusia, pada tahun 1990 Pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan
tentang Perlakuan Perpajakan atas Biaya Penelitian dan Pengembangan dan
kebijaksanaan tentang Perla-kuan Pajak Penghasilan atas Biaya Latihan
Karyawan, Pemagangan dan Beasiswa. Dalam hubungan ini seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut dapat diperhitungkan dalam
pengebangan jumlah pajak yang harus dibayar.
Standardisasi
produk industri yang meliputi penyusunan dan penerapan standar industri
juga semakin ditingkatkan. Bila pada tahun 1989/90 telah berhasil
dilakukan penyusunan sebanyak 145 standar industri yang di
antaranya termasuk 65 standar produk enjinering, maka pada tahun
1990/91 telah disusun sebanyak 230 standar industri yang di antaranya
terbanyak 200 standar produk enjinering. Meskipun jumlah standar
industri yang telah ada semakin meningkat namun perkembangan
standarisasi industri saat ini masih jauh tertinggal dari kebutuhannya
apalagi bila dibandingkan dengan perkembangan di negara-negara maju.
Pada hakekatnya standardisasi yang maju akan membentuk basis yang kokoh
bagi penguasaan teknologi serta memberikan dampak positif terhadap
upaya peningkatan efisiensi, produktivitas dan mutu produk indus. Selanjutnya pengembangan standardisasi ini dapat memper-luas
penggunaan bahan baku dan komponen dari berbagai sumber (global
sourcing) serta sekaligus mendorong tumbuhnya industri yang dapat
berperan sebagai subkontrak bagi industri lainnya. Kesemuanya itu akan
mampu meningkatkan daya saing produk industri.
Demikian
pula dalam bidang kelembagaan tetap dilanjutkan kegiatan penyusunan
peraturan pelaksanaan sebagai penjabaran dari Undang-undang No. 5 Tahun
1984 tentang Perindustrian. Beberapa peraturan dewasa ini sedang dalam
tahap pengusulan dan pembahasan, antara lain mengenai Standar Nasional
Industri, industri kecil, informasi industri dan alih teknologi
Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektronika
Kelompok
industri mesin, logam dasar dan elektronika memiliki ciri sebagai
kelompok industri penghasil barang modal yang. umumnya menggunakan
teknologi tinggi serta mempunyai keterkaitan yang luas baik antar
industri maupun dengan sektor ekonomi lainnya. Oleh karena itu
perkembangan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika
diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, penguatan dan pendalaman
struktur industri serta peningkatan kemampuan teknologi industri
khususnya dalam rancang bangun dan rekayasa industri.
Prioritas pengembangan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dalam Repelita V adalah:
- Pengembangan industri permesinan, terutama industry mesin dan peralatan pabrik, industri alat-alat berat/ konstruksi, industri mesin dan peralatan tenaga listrik dan industri komponen mesin;
- Pengembangan industri elektronika, terutama industri alat komunikasi yang menunjang pembangunan jaringan komunikasi nasional, industri alat pengolah data, instrumentasi dan kontrol, baik perangkat keras maupun perangkat lunak serta industri elektronika konsumsi;
- Pengembangan industri alat angkut untuk menunjang sektor perhubungan;
- Pengembangan industri logam dasar untuk menunjang industri enjinering
Dengan
kebijaksanaan dan langkah-langkah pengembangan yang ditempuh, maka
produksi kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dalam
tahun kedua Repelita V secara keseluruhan tetap menunjukkan perkembangan
yang meningkat. Perkembangan produksi beberapa jenis industri yang
termasuk dalam kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dari
tahun 1988/89 sampai dengan tahun 1990/91 tampak seperti dalam Tabel
VIII-Cabang industri perakitan dan komponen kendaraan bermotor dan
cabang industri logam dasar sampai saat ini masih memegang peranan yang
menonjol, yaitu sebesar 86% dari nilai produksi kelompok industri
tersebut.
Penurunan
nilai ekspor hasil kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika
dalam tahun kedua Repelita V terjadi sebagai akibat berkembangnya
pasar dalam negeri, antara lain untuk produk seperti baja lembaran canai
panas (HRC), batang kawat baja, batang kawat tembaga dan besi beton.
Pada tahun 1990 nilai ekspor kelompok industri ini berjumlah US$ 818,9
juta, sedangkan pada tahun 1989 nilai ekspornya mencapai US$ 988,4 juta
atau terjadi penurunan sekitar 17,1%. Meskipun demikian beberapa jenis industri menunjukkan
kenaikan nilai ekspornya, antara lain mesin dan peralatan pabrik,
boiler dan komponennya, mesin industri tekstil, alat ukur, televisi dan
radio/radio kaset beserta komponennya.
Perkembangan
selama tahun kedua Repelita V dalam kelompok industri ini juga ditandai
oleh meningkatnya realisasi investasi, yaitu meningkat sekitar 15,8%
dari realisasi yang berjumlah Rp 2.643,1 miliar pada tahun 1989 menjadi
Rp 3.061,8 miliar pada tahun 1990. Kenaikan yang terbesar terutama
bersumber dari investasi di cabang industri logam dasar, cabang industri
elektronika dan cabang. industri mesin listrik. Sejalan dengan itu,
penyerapan tenaga kerja juga menunjukkan kenaikan yang cukup berarti.
Bila pada tahun 1989 tenaga kerja tambahan yang dapat diserap berjumlah
14,3 ribu orang, maka pada tahun 1990 tenaga kerja tambahan yang dapat
diserap adalah sebanyak 24,7 ribu orang.
Produksi
cabang industri mesin perkakas dalam tahun kedua Repelita V umumnya
mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan produksi tahun pertama
Repelita V, kecuali produksi mesin gerinda meja. Produksi mesin tekuk
menunjukkan kenaikan yang tertinggi, yaitu sekitar 360%, sedangkan
volume produksi mesin perkakas lainnya mengalami kenaikan antara
6,7-63,6%. Namun demikian produksi mesin gergaji dan mesin potong pada tahun
1990/91 masih berada di bawah tingkat produksi tahun 1988/89. Masalah
pokok yang masih dihadapi oleh cabang indus-tri mesin perkakas sampai
saat ini adalah lemahnya daya saing serta belum berkembangnya
perekayasaannya.
Perkembangan
produksi cabang industri mesin dan peralatan pertanian sampai dengan
tahun 1990/91 secara keseluruhan menunjukkan kenaikan, kecuali produksi
traktor mini dan pompa irigasi yang pada tahun 1990/91 berada di bawah
tingkat produksi pada tahun 1988/89. Peningkatan produksi tertinggi
pada tahun 1990/91 dicapai dalam produksi traktor besar, yaitu sekitar
292%, dan kemudian disusul oleh polisher yang menunjuk-kan kenaikan
produksi sekitar 84%. Perkemhangan produksi traktor besar tahun 1990/91
tersebut cukup menggembirakan meng-ingat pada tahun 1989/90 terjadi
penurunan produksi yang sangat tajam. Pada umumnya penguasaan rekayasa
dan kemampuan pemabrikan jenis-jenis industri dalam cabang industri
mesin dan peralatan pertanian sudah cukup baik. Namun demikian dalam
rangka menunjang pertumbuhan sektor pertanian dalam Repelita V, upaya
mendorong kemampuan membuat mesin dan per-alatan yang sesuai dengan
kebutuhan petani tetap dilanjutkan, terutama mesin-mesin dengan desain
sederhana dengan harga yang murah. Di samping itu tetap dilanjutkan
penyusunan standardisasi dan penerapan secara wajib khususnya yang
mencakup standar uji mengenai unjuk kerja traktor tangan, alat peng-
gilingan padi (rice milling), penyosoh beras (polisher) dan lain-lainnya.
Cabang
industri alat-alat berat dan konstruksi mencakup jenis-jenis industri
konstruksi baja, industri alat konstruksi nonswagerak (statis),
industri alat besar swagerak (dinamis), dan industri komponen dan suku
cadang. Dalam masa Repelita V prioritas pengembangan cabang industri
ini diarahkan pada industri yang membuat produk-produk antara, komponen
dan suku cadang untuk memperkuat struktur industrinya. Sampai dengan
tahun kedua Repelita V kemampuan pemabrikan dan penguasaan perekayasaan
cabang industri ini terus berkembang sehingga secara bertahap hasil
produksinya mulai dapat meme-nuhi kebutuhan dalam negeri. Kecuali
excavator, volume pro-duksi cabang industri alat-alat berat dan
konstruksi pada tahun 1990/91 menunjukkan kenaikan bila dibandingkan
dengan volume produksi tahun 1989/90. Produksi mesin pemecah batu, mesin
penyemprot aspal dan forklift pada tahun 1990/91 menunjukkan kenaikan
produksi yang sangat menonjol, yaitu masingmasing naik sebesar 139%,
180% dan 193,6% dibandingkan dengan produksi tahun 1989/90. Beberapa industri lain juga mengalami
kenaikan produksi yang cukup tinggi, yaitu produksi mesin pencampur
aspal, road/vibro roller dan buldozer yang masingmasing meningkat
sebesar 66,7%, 50% dan 43,2%.
Kesimpulan
Pada dasarnya, pertumbuhan Sektor Pertanian lebih rendah dari pada Sektor Industri.
Hal
tersebut dikarenakan lahan pertanian yang berkurang atau dikarenakan
terjadinya bencana alam yang mengakibatkan sebagian dari lahan lahan
pertanian gagal panen ataupun hancur.
Selain
itu, di lihat dari sisi Produksi, Industri pertanian mengalami
kesulitan bahan baku dikarenakan Bahan baku yang di jual lebih mahal ke
luar, Krisis Moneter yang menyebabkan Indonesia harus meminjam dana
lebih dari luar dan juga rendahnya SDM dalam sektor pertanian.
Sedangkan
untuk sector perindustrian mengalami peningkatan yang besar dari tahun
tahun sebelumnya dikarenakan kemajuan teknologi yang pesat yang
memudahkan dalam menjalankan aktifitas aktifitas di berbagai bidang
industry, mulai dari bagian produksi sampai dengan bagian pemasaran.
Selain itu, dalam bidang Industri juga menghasilkan berbagai macam
industry industry lainya, seperti Tekstil, Logam, Mesin, Elektronik dll.
Berikut adalah Prioritas pengembangan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dalam Repelita V adalah:
- Pengembangan industri permesinan, terutama industry mesin dan peralatan pabrik, industri alat-alat berat/ konstruksi, industri mesin dan peralatan tenaga listrik dan industri komponen mesin;
- Pengembangan industri elektronika, terutama industri alat komunikasi yang menunjang pembangunan jaringan komunikasi nasional, industri alat pengolah data, instrumentasi dan kontrol, baik perangkat keras maupun perangkat lunak serta industri elektronika konsumsi;
- Pengembangan industri alat angkut untuk menunjang sektor perhubungan;
- Pengembangan industri logam dasar untuk menunjang industri enjinering
Dengan
kebijaksanaan dan langkah-langkah pengembangan yang ditempuh, maka
produksi kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika dalam
tahun kedua Repelita V
secara keseluruhan tetap menunjukkan perkembangan yang meningkat.
Daftar Pustaka
kuswanto.staff.gunadarma.ac.id/.../6-PERKEMBANGAN+SEKTOR+PERTANIAN.doc
Buku Perekonomian Indonesia
1 komentar:
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Posting Komentar